Senin, 16 Juli 2007

PEMBELAAN TERHADAP G30S/PKI

Berikut ini saya sampaikan lagi ulasan mengenai peristiwa yang penuh kontroversi dalam sejarah G30S/PKI yang ditulis oleh seorang tokoh angkatan lama, benar atau tidaknya ulasan ini tergantung dari penilaian kalian sendiri, namun yang pasti pendapat saya mengenai peristiwa ini adalah :

JANGAN SAMPAI TERULANG KEMBALI DAN ORGANISASI PARTAI KOMUNIS INDONESI (PKI) LAYAK UNTUK DIBUNGKAM !! KARENA TERBUKTI BANYAK MENGAKIBATKAN KESENJANGAN DALAM MASYARAKAT PADA MASA ORDE LAMA

tulisan dibawah ini saya anggap bagian dari sikap Provokasi terselubung untuk mendukung bangkitnya kembali komunis di Indonesia dan jangan sampai itu terjadi !!! (M. SAHLAN ATTAZKIYAH)

Peristiwa G30S dan pengkhianatanORDE BARU terhadap revolusi

(Oleh : A. Umar Said)
(Tulisan ini dimaksudkan sebagai sambutan atas terbitnya buku “G30S, Sejarah yang digelapkan. Tangan berdarah CIA dan rejim Suharto”, yang ditulis oleh Harsutejo dan diterbitkan oleh Hasta Mitra.. Untuk kali ini, tanggapan ini dimaksudkan sebagai tanda persetujuan saya kepada “Pengantar” dari penerbit ( Joesoef Isak) yang dengan baik telah menjelaskan pandangannya tentang persoalan G30S dan arti penting terbitnya buku ini. Di samping itu, tulisan ini juga dimaksudkan untuk menyongsong datangnya tanggal 30 September).
Tidak lama lagi bangsa kita akan menyongsong kedatangan tanggal 30 September. Selama lebih dari 30 tahun, setiap tanggal 30 September selalu mengingatkan banyak orang kepada kejadian pada tanggal 1 Oktober 1965, yang buntutnya telah menjerumuskan bangsa kita ke dalam jurang penderitaan, kebobrokan dan pembusukan secara besar-besaran, seperti yang kita saksikan di mana-mana dewasa ini.
Kalau kita renungkan dalam-dalam sejarah bangsa kita, maka nyatalah bahwa peristiwa G30S merupakan permulaan dari serentetan panjang pengkhianatan terhadap tujuan Negara Kesatuan RI yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Peristiwa G30S telah membuka jalan lebar bagi ditegakkannya Orde Baru oleh Suharto dkk (terutama segolongan pimpinan TNI-AD dan Golkar), yang menjalankan diktatur militer dalam kurun waktu yang terlalu amat panjang, yaitu lebih dari 30 tahun! Era Orde Baru adalah kurun waktu yangmerupakan halaman hitam dalam sejarah bangsa Indonesia.
Oleh karena besarnya dampak kerusakan-kerusakan parah yang telah dibikin oleh Orde Baru di segala bidang, maka sudah sepatutnyalah bahwa bangsa kita membaca peristiwa G30S ini dengan fikiran yang lebih jernih, dengan pandangan sejarah yang lebih menyeluruh, dan mengutamakan mencari kebenaraan dari kenyataan. Sebab, kita semua tahu bahwa selama lebih dari 30 tahun, ketika Orde Baru berkuasa, banyak kebohongan dan pemalsuan sejarah telah terus-menerus dijejal-jejalkan secara paksa dan sistematis.
Kebohongan dan pemalsuan sejarah ini tidak hanya berkaitan dengan berbagai soal sekitar peran Presiden Sukarno, peran PKI dan ormas-ormas seperti Gerwani, BTI, SOBSI, Pemuda Rakyat dan lain-lainnya, melainkan juga sekitar peran pimpinan TNI-AD waktu itu (termasuk peran kekuatan asing yang sejak lama berusaha menghancurkan politik Presiden Sukarno)..
STRATEGI BESAR UNTUK MENGHANCURKAN SUKARNO
Sekarang ini, makin jelas bagi banyak orang bahwa dengan alasan “menumpas G30S/PKI” Suharto bersama-sama konco-konco militernya - dan dengan dukungan kekuatan asing beserta sekutu-sekutunya di dalamnegeri - secara besar-besaran dan menyeluruh telah mengkhianati perjuangan revolusisioner bangsa Indonesia. Dengan dalih “menyelamatkan negara”, Suharto dkk (militer dan sipil) bukan saja telah menggulingkan Presiden Sukarno, melainkan juga telah berusaha menghancurkan ajaran-ajaran revolusioner atau gagasan-gagasan besar beliau.
Dengan melikwidasi Bung Karno secara politik dan fisik dan mematikan ajaran-ajaran beliau yang revolusioner dan berorientasi kerakyatan, Suharto (beserta pendukung-pendukungnya) telah membikin DOSA SEJARAH yang amat besar terhadap bangsa kita. Bung Karno adalah salah satu di antara perintis kemerdekaan kita yang amat terkemuka, dan juga tokoh pemersatu bangsa. Banyak orang di Indonesia (dan juga di luarnegeri) yang memandang Bung Karno sebagai pemimpin terbesar bangsa Indonesia.
Gagasan-gagasan beliau yang besar, yang sebagian tercermin dalam buku “Di bawah Bendera Revolusi” menunjukkan dengan jelas bahwa sejak muda-belia Bung Karno memang seorang pejuang nasionalis yang berpandangan “kiri” dan revolusioner. Sikap politiknya yang anti-iimperialisme dan anti-kolonialisme inilah yang telah menjadikan beliau sebagai seorang tokoh internasional yang terkemuka bagi banyak banyak rakyat di benua Asia, Afrika dan Amerika Latin. Peran yang dimainkan beliau di Konferensi Bandung, dan gerakan non-blok telah menjadikan diri beliau sebagai musuh utama bagi banyak negara Barat, waktu itu.
Sekarang ini, kalau kita memandang sejarah ke belakang, maka nyatalah bahwa, pada intinya, atau pada hakekatnya, kejahatan yang terbesar yang pernah dilakukan oleh Orde Baru adalah berbagai tindakannya terhadap Bung Karno. Orde Baru (beserta para pendukungnya di dalamnegeri maupun di luarnegeri) menganggap perlu menghancurkan Sukarno. Dan untuk bisa menghancurkan Sukarno, maka perlulah dihancurkan terlebih dulu pendukung beliau yang utama, yaitu Partai Komunis Indonesia. Pembantaian besar-besaran dalam tahun 1965, yang memakan korban jutaan jiwa, dan penahanan ratusan ribu orang tidak bersalah, tidaklah terlepas dari strategi besar untuk tujuan utama Orde Baru, yaitu : menghancurkan Sukarno. Itu semua tidak terlepas dari faktor perang dingin yang sedang berlangung dengan sengitnya di bidang internasional waktu itu.
ORDE BARU DIBANGUN DI ATAS TUMPUKAN JUTAAN MAYAT
Dalam rangka ini marilah sama-sama kita endapkan dalam renungan kita hal-hal yang berikut : Apa yang sudah terjadi di Indonesia sejak 1966-1967 menunjukkan bahwa Orde Baru telah dibangun dan dibesarkan di atas tumpukan jutaan mayat yang dibantai dalam tahun 1965-1066, dan juga di atas jenazah almarhum Bung Karno. Kiranya, pentinglah kita ingat bersama bahwa sesudah tergulungnya PKI, maka bukan saja Bung Karno telah kehilangan pendukung utama beliau, melainkan juga seluruh kekuatan revolusioner. Sejak itu, selama lebih dari 30 tahun, bangsa Indonesia telah kehilangan jiwa revolusionernya, kehilangan pemimpinnya, dan kehilangan arahnya atau pegangannya. Akibatnya adalah situasi menyedihkan, seperti yang kita saksikan dewasa ini.
Selama kurun waktu yang amat panjang, Orde Baru telah berusaha terus-menerus “mengharamkan” Bung Karno beserta ajaran-ajaran beliau.. Dengan segala cara kejam dan tidak berperi-kemanusiaan sama sekali, puluhan juta anggota keluarga (dan sanak-saudara jauh dan dekat) para anggauta PKI atau simpatisannya telah terus-menerus dipersekusi dan diterror, atau diperlakukan sewenang-wenang. Momok “bahaya laten PKI” telah dipakai sebagai dalih palsu dan senjata untuk menindas - terus-menerus dan sistematis- segala kekuatan dalam masyarakat yang berani menyatakan diri sebagai pendukung ajaran-ajaran Bung Karno dan marxisme. Terror ini banyak menyerupai praktek-praktek fasis Nazi-nya Hitler,
Foto-foto Bung Karno terpaksa dihilangkan, atau menghilang, dari dinding-dinding banyak rumah penduduk. Buku-buku yang berbau “Orde Lama” terpaksa harus disembunyikan dalam laci-laci, atau dibakar. “De-Sukarnoisasi” yang dilakukan oleh Orde Baru dalam jangka waktu yang begitu lama adalah bagian penting dari usaha untuk menghancurkan kekuatan revolusioner dalam masyarakat Indonesia, termasuk menghancurkan PKI. Dengan dihancurkannya Sukarno dan PKI, maka boleh dikatakan bahwa revolusi Indonesia sudah disabot, bahkan dibunuh atau dihancurkan oleh Orde Baru-nya Suharto (artinya, juga Golkar beserta sekutu-sekutunya).
Adalah penting bagi bangsa kita, terutama bagi generasi muda yang sekarang, dan generasi-generasi yang akan datang, untuk mengetahui dengan jelas bahwa Orde Baru adalah pada hakekatnya, atau pada dasarnya, adalah suatu regime yang telah merusak secara besar-besaran tujuan perjuangan revolsioner bangsa Indonesia. Bukan itu saja! Orde Baru adalah perusak negara dan bangsa Indonesia. Dan dalam hal ini, peran yang dimainkan oleh Golkar tidaklah kecil. Adalah amat penting bagi kita semua menyadari, bahkan meyakini (!) satu hakekat yang telah terbukti selama lebih dari 30 tahun, yaitu bahwa : Orde Baru adalah identik (atau sama) dengan Golkar. Artinya, segala keburukan dan kesalahan Orde Baru –yang sekarang sudah makin dinajiskan atau diharamkan oleh banyak kalangan – adalah sepenuhnya tanggungjawab Golkar. Apakah ungkapan ini sembarangan? Mohon sama-sama kita simak soal ini lebih lanjut, antara lain dengan mempertimbangkan hal-hal yang berikut.
GOLKAR ADALAH ORDE BARU
Kita semua masih ingat bahwa Golkar telah didirikan oleh tokoh-tokoh militer (Angkatan Darat), bahkan mendapat dukungan mereka sepenuhnya. Lebih dari itu! Kendali Golkar, selama lebih dari 30 tahun, telah dikuasai - secara langsung dan tidak langsung - oleh pimpinan militer Angkatan Darat. Pimpinan tertinggi Golkar adalah mantan Presiden Suharto. Golkar adalah alat utama regime militer.
Amatlah penting untuk sama-sama kita cermati bahwa banyak sekali keburukan, kejahatan besar, korupsi, pelanggaran hukum, pembusukan moral, yang terjadi di kalangan “atas” adalah KEBANYAKANNYA (atau sebagian terbesar) dilakukan oleh para “mantan” (???) pendukung setia Orde Baru dan tokoh-tokoh Golkar, di berbagai tingkat dan di banyak bidang. Sekarang makin banyak orang yang melihat bahwa pemerintahan Orde Baru selama lebih dari 30 tahun itu telah merusak moral atau akhlak banyak kalangan bangsa kita. Dan kerusakan moral inilah yang merupakan produk utama regime Orde Baru (jelasnya : regime Golkar waktu itu). Kerusakan-kerusakan parah di bidang moral inilah yang dewasa ini kita saksikan di mana-mana.
Memang, kita tidak boleh main “gebyah uyah” saja, atau main generalisasi secara sembarangan. Sebab, ada saja orang-orang yang pernah menjadi pendukung Orde Baru (dan anggota Golkar) karena terpaksa. Dan, di antara mereka ada pula yang telah menjadi sadar, dan bahkan kemudian (walaupun terlambat) menjadi penentang Orde Baru. Namun, adalah salah sama sekali, kalau ada orang yang punya ilusi bahwa Partai Golkar yang sekarang ini adalah satu organisasi politik yang betul-betul – artinya dengan jujur dan tulus pula - bersedia mengadakan koreksi total terhadap apa yang dilakukannya selama lebih dari 30 tahun itu. Sebab, tokoh-tokoh Golkar yang sekarang ini adalah, pada pokoknya (dan sebagian terbesar), produk kebudayaan berfikir dan sistem politik Golkar yang lama, yaitu yang senyawa dan satu dengan Orde Baru.
Selama tokoh-tokoh Partai Golkar yang sekarang ini tidak mau mengakui - terang-terangan dan secara tulus - kesalahannya atau dosa-dosanya terhadap Bung Karno beserta para pendukugnya, dan selama mereka belum mau mengkoreksi sikap mereka terhadap para korban Orde Baru (termasuk terhadap para eks-tapol beserta keluarga mereka) , atau selama mereka masih menentang reformasi (yang sungguh-sungguh!), maka mereka masih tetap harus terus kita waspadai dan curigai. Bahkan, harus kita lawan bersama-sama. Mereka inilah yang sekarang ini merupakan BAHAYA LATEN. Sebab, mereka punya “orang-orangnya”, yang membentuk jaring-jaringannya di mana-mana, termasuk dalam partai-partai lainnya. Dan karena mempunyai dana yang amat besar, mereka telah - dan akan terus - bisa “membeli” berbagai tokoh masyarakat (kaum intelektual, tokoh-tokoh terkemuka masyarakat, termasuk tokoh-tokoh golongan Islam, Kristen dll)..
GOLKAR ADALAH KEKUATAN KONTRA-REVOLUSIONER
Dengan memandang kembali sejarah perjuangan bangsa kita yang dipelopori oleh para perinstis kemerdekaan dalam tahun 20-an, maka makin jelaslah bahwa Orde Baru ( sekali lagi :yang intinya adalah Golkar dan tokoh-tokoh militer AD) adalah kekuatan kontra-revolusioner. Dalam kalimat lain yang lebih polos, Orde Baru (Golkar beserta sekutu-sekutunya) adalah pengkhianat revolusi. Karena, apa yang telah dibangun dengan susah payah oleh Bung Karno bersama kawan-kawannya selama 40 tahun (sejak tahun 1920-an) telah dihancurkan oleh pengkhianat-pengkhianat revolusi ini. Dan sendi-sendi revolusioner Republik Indonesia yang dibangun, bersama rakyat, selama 20 tahun, telah dibikin porak-poranda sejak 1965 oleh mereka.
Ketika negara dan bangsa dewasa ini sedang menghadapi begitu banyak masalah parah, maka nampak sekali bahwa sumber dari segala keterpurukan dan pembusukan yang menyeluruh itu adalah masih banyaknya sisa-sisa kekuatan Orde Baru, yang sebagai “sampah bangsa” masih terus menyebarkan racun dan penyakit, terutama di bidang moral. Oleh karena itu, selama sisa-sisa Orde Baru ini masih belum dilumpuhkan, maka perbaikan besar-besaran dan radikal tidak akan mungkin terjadi. Artinya, reformasi akan macet, dan kerusakan akan berjalan terus. Dari segi inilah kita bisa membaca arti beraneka-ragam kasus, antara lain : kasus Akbar Tanjung, gubernur Sutiyoso, Syahril Sabirin, Ginanjar Kartasasmita, Probosutedjo (dan kasus-kasus lainnya, yang jumlahnya banyak sekali!).
Mengingat itu semuanya, maka tidak salahlah kalau ada orang yang mengatakan bahwa kontra-revolusi Orde Baru adalah lebih lebih besar dosanya dibandingkan dengan kontra-revolusi PRRI-Permesta. Kontra-revolusi Orde Baru telah menentang politik Bung Karno dengan mengadakan pembrontakan dan membunuh banyak orang di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan pulau-pulau di Indonesia Timur dan Nusa Tenggara (terutama Bali). Usaha yang tidak bisa dicapai oleh kontra-revolusi PRRI-Permesta telah berhasil dilaksanakan oleh Orde Baru (artinya : Golkar), yaitu melikwidasi Bung Karno dan membunuh jutaan manusia orang tidak bersalah, untuk melumpuhkan PKI, yang merupakan pendukung utama Bung Karno.
Singkatnya, nyatalah sekarang, bahwa banyak hal dalam sejarah tentang G30S dan Orde Baru perlu ditulis kembali (dan diteliti terus), mengingat banyaknya pemalsuan atau penggelapan, yang telah dilakukan oleh Suharto beserta para pendukugnya selama ini.
Namun, satu hal sudah makin jelas, yaitu bahwa para korban Orde Baru, (yang jumlahnya puluhan juta dan yang telah menderita puluhan tahun dalam berbagai bentuk dan kadar yang berbeda-beda itu), berhak untuk mengatakan kepada para pendukung setia Suharto dkk : « Kami tidak bersalah, dan kalianlah yang pengkhianat ! »

1 komentar:

Agen Bola Promo 100% SBOBET IBCBET Casino Poker Tangkas Online mengatakan...

sejarah memang kadang terlihat samar samar, saksi kuncipun kadang terbungkam oleh situasi, semoga saja peristiwa mengenaskan ini cepat terkuak kebenarannya mengingat banyak pelaku sejarah yang telah tiada