Jumat, 03 Agustus 2007

BEST FASHION



HI....BRO...BAGI KAMU-KAMU YANG KATANYA GAUL, KAYAKNYA BLOM LENGKAP DEH KALO KAMU BLOM LIAT KOLEKSI VIA BUTIKNYA MBA SISKA, WEW SEMUA ADA LHO...DAN YANG PASTI KEREN ABIS,SO BAGI YANG PENASARAN LANGSUNG AJA DEH TERBANG KE JL. GUSTI HAMZAH (PANCASILA) KOMPLEK NAVIGASI NO 7 PONTIANAK, OKE KITA TUNGGU LHO....!!!!

Kamis, 19 Juli 2007

TIGA SERANGKAI


WANTED !!!
INI DIA WAJAH-WAJAH PENUH ROMANTISME YANG BAYAK DIBURU SAMA CEWEK
DARI KIRI KE KANAN : SAM, FATRA, UDIN ARUL, BAGI YANG BERMINAT HUBUNGI AJA LANGSUNG KE JLN ALIANYANG DEPAN RSJ, DIJAMIN ANCUR......

Rabu, 18 Juli 2007

RYAN UTOMO PUTRA

Nama Lengkap :
Ryan Utomo Putra
Nama Panggilan :
Ryan
Temp/Tgl/Lahir :
Padang, 11 September 1991
Hobby :
Main-main (mainin apa ne ?)
Skul:
SMU 8 Kls 1

Ryan..itulah nama anaknya tapi selebihnya kita kurang tau ya karena tuh anak baru aja nyemplung dari sumur di padang dan nongol di sungai kapuas hehehe...tapi emang anak-anak yang nongrong di Alianyang rata-rata pada Unik dan Ajaib
Liat aja tuh hobby nya rada gak jelas heheee...main-main..iyalah tapi walau gitu ne anak keren juga...nah lho bagi yang pengen kena lebih dekat tanya aja ma Fahmy...lho koq...iya karena mereka akrab banget...kalo dah berdua..lupa dunia hehehe jangan curiga dulu dunk..maksudnya mereka berdua sngat akrab skali nah sapa tau fahmy bisa kasi info tentang Ryan....iyakan ?

UDIN ARUL


Nama Lengkap :
Udin Arul
Nama Panggilan :
Arul
Tmp/Tgl/Lahir :
Pontianak, 26 Mei 1987
Hobby :
Nyanyi, Baca N Nulis Puisi
Status :
Mahasiswa Untan (dalam proses)
Alamat ;
Jn. HR A Rahman

Sobat kita yang ini namanya Udin dipanggil Arul...yaa rada-rada gak nyambung sih, tapi gak papalah, kalo dilihat dari datanya wew ternyata ne anak hobby nyanyi dan emang sepanjang sepengetahuan kami, dia adalah vokalis salah satu band dipontianak dan pernah manggung di Arena Musik Anti Narkoba beberapa waktu lau di Panggung Terbuka TVRI Pontianak...asyik tuh.
Oya dia juga ada titip salam buat rekan-rekan kita di PINK PONSEL : Udah...Be'ol Blom ??? hehehe aneh juga tuh salamnya ..koq pake be'ol segala..ntar kalo udah yang nyebokin sapa hayo.....hehehe sory ne jadi jorok se.
Trus katanya ada salam buat RENY dan kluarga di sanggau wow...sapa lagi tuh toy...pake salam lengkap tuh ma mertua hehehe..katanya : smoga baik-baik slalu dan kakek yang lagi sakit smoga cepat sembuh....iyalah smoga cepet sembuh ya kek...

TRUS BUAT PEMILIK BLOG INI (wah Fit gimane neh...cape de) katanya : SEMOGA TAMBAH DEWASA...nah lho....ayo smoga cepat dewasa atau apa kali ne...hehehe (sory fit Becanda ja )...
oup..satu lagi ne ternyata temen kita ini nitip pusisi buat temen-temen yang pada nongkrong di blog ini tanpa terkeculi....oke deh yok kita simak :

KAU TERSENYUM MENGALAHKAN CAHAYA PURNAMA
PENUH PESONA TERHIAS PENUH MERONA
PENGHUNI SURGAPUN IRI TERGADAPMU
BIAS CAHAYAMU MELEBIHI BIAS CAHAYA PETIR
MEYILAUKAN SEKEJAP TAPI MENEMBUS MATA HINGGA KE HATI
KAU DATANG BAGAI MALAIKAT JIBRIL
MENEBARKAN HUJAN DI MUSIM KEMARAU PADA LADANG-LADANG YANG KERING
SEKARAT MENANTI KEMATIAN

so...bagus juga tuh...ada yang ingin berkomentar ? tulis aja

MOCHAMMAD FAHMY


Nama Lengkap :
Mochammad Fahmy
Nama Panggilan :
Fahmy
Tmp/Tgl Lahir :
Pontianak, 27 Oktober 1989
Alamat :
Jln Danau Sentarum No 32
Hobby : Sepak Boa
Skul :
SMU Rahadi Oesman Klas 3
Film Favorite :
Harry Potter

Yo... temen kita yang satu ini namanya Fahmy, fahmy adalah salah satu temen kita yang nongkrong di alianyang tepatnya di Febby Ponsel depan RSJ tapi jangan curiga lho...ne anak bukan pasien cuma gayanya aja tuh...hehehe...sory toy gurau be..
Cowok yang punya tampang....heem..keren juga sih....ini ternyata punya prinsip yang bikin serem juga tuh wew ini dia katanya : THE DARKNES IS MY LIFE ...Wew emangnya kena santet sapa lhu my pake gelap-gelap aja.....capee dee.

oya bagi yang pengen kenalan ama ni cow..langsung aja tuh ke..alianyang tongkrongan anak-anak blog ini.dijamin bakalan nemuin keunikan serta keajaiban mahkluk satu ini...so kita tunggu juga komentar kalian semua

Senin, 16 Juli 2007

PEMBELAAN TERHADAP G30S/PKI

Berikut ini saya sampaikan lagi ulasan mengenai peristiwa yang penuh kontroversi dalam sejarah G30S/PKI yang ditulis oleh seorang tokoh angkatan lama, benar atau tidaknya ulasan ini tergantung dari penilaian kalian sendiri, namun yang pasti pendapat saya mengenai peristiwa ini adalah :

JANGAN SAMPAI TERULANG KEMBALI DAN ORGANISASI PARTAI KOMUNIS INDONESI (PKI) LAYAK UNTUK DIBUNGKAM !! KARENA TERBUKTI BANYAK MENGAKIBATKAN KESENJANGAN DALAM MASYARAKAT PADA MASA ORDE LAMA

tulisan dibawah ini saya anggap bagian dari sikap Provokasi terselubung untuk mendukung bangkitnya kembali komunis di Indonesia dan jangan sampai itu terjadi !!! (M. SAHLAN ATTAZKIYAH)

Peristiwa G30S dan pengkhianatanORDE BARU terhadap revolusi

(Oleh : A. Umar Said)
(Tulisan ini dimaksudkan sebagai sambutan atas terbitnya buku “G30S, Sejarah yang digelapkan. Tangan berdarah CIA dan rejim Suharto”, yang ditulis oleh Harsutejo dan diterbitkan oleh Hasta Mitra.. Untuk kali ini, tanggapan ini dimaksudkan sebagai tanda persetujuan saya kepada “Pengantar” dari penerbit ( Joesoef Isak) yang dengan baik telah menjelaskan pandangannya tentang persoalan G30S dan arti penting terbitnya buku ini. Di samping itu, tulisan ini juga dimaksudkan untuk menyongsong datangnya tanggal 30 September).
Tidak lama lagi bangsa kita akan menyongsong kedatangan tanggal 30 September. Selama lebih dari 30 tahun, setiap tanggal 30 September selalu mengingatkan banyak orang kepada kejadian pada tanggal 1 Oktober 1965, yang buntutnya telah menjerumuskan bangsa kita ke dalam jurang penderitaan, kebobrokan dan pembusukan secara besar-besaran, seperti yang kita saksikan di mana-mana dewasa ini.
Kalau kita renungkan dalam-dalam sejarah bangsa kita, maka nyatalah bahwa peristiwa G30S merupakan permulaan dari serentetan panjang pengkhianatan terhadap tujuan Negara Kesatuan RI yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Peristiwa G30S telah membuka jalan lebar bagi ditegakkannya Orde Baru oleh Suharto dkk (terutama segolongan pimpinan TNI-AD dan Golkar), yang menjalankan diktatur militer dalam kurun waktu yang terlalu amat panjang, yaitu lebih dari 30 tahun! Era Orde Baru adalah kurun waktu yangmerupakan halaman hitam dalam sejarah bangsa Indonesia.
Oleh karena besarnya dampak kerusakan-kerusakan parah yang telah dibikin oleh Orde Baru di segala bidang, maka sudah sepatutnyalah bahwa bangsa kita membaca peristiwa G30S ini dengan fikiran yang lebih jernih, dengan pandangan sejarah yang lebih menyeluruh, dan mengutamakan mencari kebenaraan dari kenyataan. Sebab, kita semua tahu bahwa selama lebih dari 30 tahun, ketika Orde Baru berkuasa, banyak kebohongan dan pemalsuan sejarah telah terus-menerus dijejal-jejalkan secara paksa dan sistematis.
Kebohongan dan pemalsuan sejarah ini tidak hanya berkaitan dengan berbagai soal sekitar peran Presiden Sukarno, peran PKI dan ormas-ormas seperti Gerwani, BTI, SOBSI, Pemuda Rakyat dan lain-lainnya, melainkan juga sekitar peran pimpinan TNI-AD waktu itu (termasuk peran kekuatan asing yang sejak lama berusaha menghancurkan politik Presiden Sukarno)..
STRATEGI BESAR UNTUK MENGHANCURKAN SUKARNO
Sekarang ini, makin jelas bagi banyak orang bahwa dengan alasan “menumpas G30S/PKI” Suharto bersama-sama konco-konco militernya - dan dengan dukungan kekuatan asing beserta sekutu-sekutunya di dalamnegeri - secara besar-besaran dan menyeluruh telah mengkhianati perjuangan revolusisioner bangsa Indonesia. Dengan dalih “menyelamatkan negara”, Suharto dkk (militer dan sipil) bukan saja telah menggulingkan Presiden Sukarno, melainkan juga telah berusaha menghancurkan ajaran-ajaran revolusioner atau gagasan-gagasan besar beliau.
Dengan melikwidasi Bung Karno secara politik dan fisik dan mematikan ajaran-ajaran beliau yang revolusioner dan berorientasi kerakyatan, Suharto (beserta pendukung-pendukungnya) telah membikin DOSA SEJARAH yang amat besar terhadap bangsa kita. Bung Karno adalah salah satu di antara perintis kemerdekaan kita yang amat terkemuka, dan juga tokoh pemersatu bangsa. Banyak orang di Indonesia (dan juga di luarnegeri) yang memandang Bung Karno sebagai pemimpin terbesar bangsa Indonesia.
Gagasan-gagasan beliau yang besar, yang sebagian tercermin dalam buku “Di bawah Bendera Revolusi” menunjukkan dengan jelas bahwa sejak muda-belia Bung Karno memang seorang pejuang nasionalis yang berpandangan “kiri” dan revolusioner. Sikap politiknya yang anti-iimperialisme dan anti-kolonialisme inilah yang telah menjadikan beliau sebagai seorang tokoh internasional yang terkemuka bagi banyak banyak rakyat di benua Asia, Afrika dan Amerika Latin. Peran yang dimainkan beliau di Konferensi Bandung, dan gerakan non-blok telah menjadikan diri beliau sebagai musuh utama bagi banyak negara Barat, waktu itu.
Sekarang ini, kalau kita memandang sejarah ke belakang, maka nyatalah bahwa, pada intinya, atau pada hakekatnya, kejahatan yang terbesar yang pernah dilakukan oleh Orde Baru adalah berbagai tindakannya terhadap Bung Karno. Orde Baru (beserta para pendukungnya di dalamnegeri maupun di luarnegeri) menganggap perlu menghancurkan Sukarno. Dan untuk bisa menghancurkan Sukarno, maka perlulah dihancurkan terlebih dulu pendukung beliau yang utama, yaitu Partai Komunis Indonesia. Pembantaian besar-besaran dalam tahun 1965, yang memakan korban jutaan jiwa, dan penahanan ratusan ribu orang tidak bersalah, tidaklah terlepas dari strategi besar untuk tujuan utama Orde Baru, yaitu : menghancurkan Sukarno. Itu semua tidak terlepas dari faktor perang dingin yang sedang berlangung dengan sengitnya di bidang internasional waktu itu.
ORDE BARU DIBANGUN DI ATAS TUMPUKAN JUTAAN MAYAT
Dalam rangka ini marilah sama-sama kita endapkan dalam renungan kita hal-hal yang berikut : Apa yang sudah terjadi di Indonesia sejak 1966-1967 menunjukkan bahwa Orde Baru telah dibangun dan dibesarkan di atas tumpukan jutaan mayat yang dibantai dalam tahun 1965-1066, dan juga di atas jenazah almarhum Bung Karno. Kiranya, pentinglah kita ingat bersama bahwa sesudah tergulungnya PKI, maka bukan saja Bung Karno telah kehilangan pendukung utama beliau, melainkan juga seluruh kekuatan revolusioner. Sejak itu, selama lebih dari 30 tahun, bangsa Indonesia telah kehilangan jiwa revolusionernya, kehilangan pemimpinnya, dan kehilangan arahnya atau pegangannya. Akibatnya adalah situasi menyedihkan, seperti yang kita saksikan dewasa ini.
Selama kurun waktu yang amat panjang, Orde Baru telah berusaha terus-menerus “mengharamkan” Bung Karno beserta ajaran-ajaran beliau.. Dengan segala cara kejam dan tidak berperi-kemanusiaan sama sekali, puluhan juta anggota keluarga (dan sanak-saudara jauh dan dekat) para anggauta PKI atau simpatisannya telah terus-menerus dipersekusi dan diterror, atau diperlakukan sewenang-wenang. Momok “bahaya laten PKI” telah dipakai sebagai dalih palsu dan senjata untuk menindas - terus-menerus dan sistematis- segala kekuatan dalam masyarakat yang berani menyatakan diri sebagai pendukung ajaran-ajaran Bung Karno dan marxisme. Terror ini banyak menyerupai praktek-praktek fasis Nazi-nya Hitler,
Foto-foto Bung Karno terpaksa dihilangkan, atau menghilang, dari dinding-dinding banyak rumah penduduk. Buku-buku yang berbau “Orde Lama” terpaksa harus disembunyikan dalam laci-laci, atau dibakar. “De-Sukarnoisasi” yang dilakukan oleh Orde Baru dalam jangka waktu yang begitu lama adalah bagian penting dari usaha untuk menghancurkan kekuatan revolusioner dalam masyarakat Indonesia, termasuk menghancurkan PKI. Dengan dihancurkannya Sukarno dan PKI, maka boleh dikatakan bahwa revolusi Indonesia sudah disabot, bahkan dibunuh atau dihancurkan oleh Orde Baru-nya Suharto (artinya, juga Golkar beserta sekutu-sekutunya).
Adalah penting bagi bangsa kita, terutama bagi generasi muda yang sekarang, dan generasi-generasi yang akan datang, untuk mengetahui dengan jelas bahwa Orde Baru adalah pada hakekatnya, atau pada dasarnya, adalah suatu regime yang telah merusak secara besar-besaran tujuan perjuangan revolsioner bangsa Indonesia. Bukan itu saja! Orde Baru adalah perusak negara dan bangsa Indonesia. Dan dalam hal ini, peran yang dimainkan oleh Golkar tidaklah kecil. Adalah amat penting bagi kita semua menyadari, bahkan meyakini (!) satu hakekat yang telah terbukti selama lebih dari 30 tahun, yaitu bahwa : Orde Baru adalah identik (atau sama) dengan Golkar. Artinya, segala keburukan dan kesalahan Orde Baru –yang sekarang sudah makin dinajiskan atau diharamkan oleh banyak kalangan – adalah sepenuhnya tanggungjawab Golkar. Apakah ungkapan ini sembarangan? Mohon sama-sama kita simak soal ini lebih lanjut, antara lain dengan mempertimbangkan hal-hal yang berikut.
GOLKAR ADALAH ORDE BARU
Kita semua masih ingat bahwa Golkar telah didirikan oleh tokoh-tokoh militer (Angkatan Darat), bahkan mendapat dukungan mereka sepenuhnya. Lebih dari itu! Kendali Golkar, selama lebih dari 30 tahun, telah dikuasai - secara langsung dan tidak langsung - oleh pimpinan militer Angkatan Darat. Pimpinan tertinggi Golkar adalah mantan Presiden Suharto. Golkar adalah alat utama regime militer.
Amatlah penting untuk sama-sama kita cermati bahwa banyak sekali keburukan, kejahatan besar, korupsi, pelanggaran hukum, pembusukan moral, yang terjadi di kalangan “atas” adalah KEBANYAKANNYA (atau sebagian terbesar) dilakukan oleh para “mantan” (???) pendukung setia Orde Baru dan tokoh-tokoh Golkar, di berbagai tingkat dan di banyak bidang. Sekarang makin banyak orang yang melihat bahwa pemerintahan Orde Baru selama lebih dari 30 tahun itu telah merusak moral atau akhlak banyak kalangan bangsa kita. Dan kerusakan moral inilah yang merupakan produk utama regime Orde Baru (jelasnya : regime Golkar waktu itu). Kerusakan-kerusakan parah di bidang moral inilah yang dewasa ini kita saksikan di mana-mana.
Memang, kita tidak boleh main “gebyah uyah” saja, atau main generalisasi secara sembarangan. Sebab, ada saja orang-orang yang pernah menjadi pendukung Orde Baru (dan anggota Golkar) karena terpaksa. Dan, di antara mereka ada pula yang telah menjadi sadar, dan bahkan kemudian (walaupun terlambat) menjadi penentang Orde Baru. Namun, adalah salah sama sekali, kalau ada orang yang punya ilusi bahwa Partai Golkar yang sekarang ini adalah satu organisasi politik yang betul-betul – artinya dengan jujur dan tulus pula - bersedia mengadakan koreksi total terhadap apa yang dilakukannya selama lebih dari 30 tahun itu. Sebab, tokoh-tokoh Golkar yang sekarang ini adalah, pada pokoknya (dan sebagian terbesar), produk kebudayaan berfikir dan sistem politik Golkar yang lama, yaitu yang senyawa dan satu dengan Orde Baru.
Selama tokoh-tokoh Partai Golkar yang sekarang ini tidak mau mengakui - terang-terangan dan secara tulus - kesalahannya atau dosa-dosanya terhadap Bung Karno beserta para pendukugnya, dan selama mereka belum mau mengkoreksi sikap mereka terhadap para korban Orde Baru (termasuk terhadap para eks-tapol beserta keluarga mereka) , atau selama mereka masih menentang reformasi (yang sungguh-sungguh!), maka mereka masih tetap harus terus kita waspadai dan curigai. Bahkan, harus kita lawan bersama-sama. Mereka inilah yang sekarang ini merupakan BAHAYA LATEN. Sebab, mereka punya “orang-orangnya”, yang membentuk jaring-jaringannya di mana-mana, termasuk dalam partai-partai lainnya. Dan karena mempunyai dana yang amat besar, mereka telah - dan akan terus - bisa “membeli” berbagai tokoh masyarakat (kaum intelektual, tokoh-tokoh terkemuka masyarakat, termasuk tokoh-tokoh golongan Islam, Kristen dll)..
GOLKAR ADALAH KEKUATAN KONTRA-REVOLUSIONER
Dengan memandang kembali sejarah perjuangan bangsa kita yang dipelopori oleh para perinstis kemerdekaan dalam tahun 20-an, maka makin jelaslah bahwa Orde Baru ( sekali lagi :yang intinya adalah Golkar dan tokoh-tokoh militer AD) adalah kekuatan kontra-revolusioner. Dalam kalimat lain yang lebih polos, Orde Baru (Golkar beserta sekutu-sekutunya) adalah pengkhianat revolusi. Karena, apa yang telah dibangun dengan susah payah oleh Bung Karno bersama kawan-kawannya selama 40 tahun (sejak tahun 1920-an) telah dihancurkan oleh pengkhianat-pengkhianat revolusi ini. Dan sendi-sendi revolusioner Republik Indonesia yang dibangun, bersama rakyat, selama 20 tahun, telah dibikin porak-poranda sejak 1965 oleh mereka.
Ketika negara dan bangsa dewasa ini sedang menghadapi begitu banyak masalah parah, maka nampak sekali bahwa sumber dari segala keterpurukan dan pembusukan yang menyeluruh itu adalah masih banyaknya sisa-sisa kekuatan Orde Baru, yang sebagai “sampah bangsa” masih terus menyebarkan racun dan penyakit, terutama di bidang moral. Oleh karena itu, selama sisa-sisa Orde Baru ini masih belum dilumpuhkan, maka perbaikan besar-besaran dan radikal tidak akan mungkin terjadi. Artinya, reformasi akan macet, dan kerusakan akan berjalan terus. Dari segi inilah kita bisa membaca arti beraneka-ragam kasus, antara lain : kasus Akbar Tanjung, gubernur Sutiyoso, Syahril Sabirin, Ginanjar Kartasasmita, Probosutedjo (dan kasus-kasus lainnya, yang jumlahnya banyak sekali!).
Mengingat itu semuanya, maka tidak salahlah kalau ada orang yang mengatakan bahwa kontra-revolusi Orde Baru adalah lebih lebih besar dosanya dibandingkan dengan kontra-revolusi PRRI-Permesta. Kontra-revolusi Orde Baru telah menentang politik Bung Karno dengan mengadakan pembrontakan dan membunuh banyak orang di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan pulau-pulau di Indonesia Timur dan Nusa Tenggara (terutama Bali). Usaha yang tidak bisa dicapai oleh kontra-revolusi PRRI-Permesta telah berhasil dilaksanakan oleh Orde Baru (artinya : Golkar), yaitu melikwidasi Bung Karno dan membunuh jutaan manusia orang tidak bersalah, untuk melumpuhkan PKI, yang merupakan pendukung utama Bung Karno.
Singkatnya, nyatalah sekarang, bahwa banyak hal dalam sejarah tentang G30S dan Orde Baru perlu ditulis kembali (dan diteliti terus), mengingat banyaknya pemalsuan atau penggelapan, yang telah dilakukan oleh Suharto beserta para pendukugnya selama ini.
Namun, satu hal sudah makin jelas, yaitu bahwa para korban Orde Baru, (yang jumlahnya puluhan juta dan yang telah menderita puluhan tahun dalam berbagai bentuk dan kadar yang berbeda-beda itu), berhak untuk mengatakan kepada para pendukung setia Suharto dkk : « Kami tidak bersalah, dan kalianlah yang pengkhianat ! »

PENDAPAT LAIN TENTANG G30S/PKI

Berikut tulisan seseorang yang berhasil kami dapat secara tidak sengaja melalui internet, namun sayang sekali tulisan yang katanya terdiri dari 2 bagian ini tidak kami temukan bagian ke 2 tersebut, namun membaca tulisan bag pertama saja sudah terlihat bahwa peristiwa ini penuh dengan kontroversi, siapa yang benar sebenarnya ? wallahualam, anggap saja ini sebagai bagian dari pelajaran kalian disekolah khususnya Sejarah (M. SAHLAN ATTAZKIYAH)
Berikut Penuturannya :

G30S/SOEHARTO, BUKAN G3OS/PKI (Bagian 1/2)
Oleh: Sulangkang Suwalu
Sudah hampir 2 bulan Soeharto dipaksa berhenti sebagai presiden oleh kekuatan mahasiswa dan rakyat. Dengan demikian gagallah rencananya untuk terus menjadi Presiden sampai dengan 2003. Sementara itu 21/2 bulan lagi adalah hari genapnya 33 tahun meletusnya G30S.
Ki Oetomo Darmadi (Swadesi, No 1541/Th XXX/Juli 1998) mengemukakan, "Sudah 33 tahun tragedi nasional, apa yang disebut G30S menjadi ganjalan sejarah. Sudah seyogianya di era reformasi sekarang misteri tersebut disingkap secara transparan, jujur terbuka".
"Mengapa, ini penting sebagai pelajaran sejarah, betapa dahsyatnya akibat-akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Antara lain bangsa ini terbelah menjadi dua: Orde Lama dan Orde Baru, dengan implikasi luas pada sektor kehidupan sosial, politik, ekonomi dan pertahanan keamanan. Terlebih-lebih jika ditilik dari hak dasar azasi manusia (HAM) hampir seluruh Deklarasi HAM PBB (10 Des 1948) dilanggar. Pancasila hanya dijadikan lips-service, dan hampir semua hak warga sipil yang termaktub dalam batang tubuh UUD 45 dinodai. Terlalu banyak lembar catatan keganasan rezim Soeharto selama 32 tahun berkuasa, sehingga ada yang menjuluki 'drakula', pembunuh berdarah dingin den sebagainya. Tidak mengherankan jika Indonesia ditempatkan sebagai pelanggar HAM terberat, sebab korban penubunuhan massal peristiwa G.30-S/PKI 1965 saja melampaui korban Perang Dunia II."
Sesungguhnya sudah lama dituntut supaya misteri G30S yang sesungguhnya diungkap secara terbuka, jujur dan adil. Hanya saJa tuntutan semacam itu di masa Soeharto berkuasa suatu yang mustahil bisa dilaksanakan. Sebab dengan membuka misterinya, akan terbuka lah bahwa G3OS yang sesungguhnya ialah G30S/Soeharto, bukan G30S/PKI. Mari kita telusuri!
HUBUNGAN SOEHARTO DENGAN G30S
Hubungan Soeharto, terutama dengan Kolonel Latief, seorang tokoh G3OS, begitu akrab dan mesranya. Lepas dari persoalan apakah hubungan yang erat itu karena Soeharto yang menjadi bagian atau pimpinan G30S yang tersembunyi, atau karena kelihaian Soeharto memanfaatkan tokoh-tokoh G30S untuk mencapai tujuannya menjadi orang pertama di Indonesia.
Hubungannya itu dapat diketahui, ketika pada 28 September 1965, Kolonel Latief bersama isterinya berkunjung ke rumah Jenderal Soeharto di jalan H. Agus Salim. Menurut Kolonel Latief (Kolonel Latief: "Pembelaan sidang Mahmilti II Jawa Bagian Barat" 1978) maksud kunjungannya ialah guna menanyakan adanya info Dewan Jenderal, sekaligus melaporkan kepada beliau. "Oleh beliau justru memberitahukan kepada saya, bahwa sehari sebelum saya datang, ada seorang bekas anak buahnya berasal dari Yogyakarta, bernama Soebagiyo, memberitahukan tentang adanya info Dewan Jenderal AD yang akan mengadakan coup d'etat terhadap kekuasaan pemerintahan Presiden Soekarno. Tanggapan beliau akan diadakan penyelidikan".
Seterusnya Kolonel Latief mengemukakan bahwa 30 September 1965 (malam), ia berkunjung ke RSPAD untuk menjumpai Jenderal Soeharto, yang sedang menunggui putranya yang tersiram sup panas. Sambil menjenguk putrandanya itu, juga untuk melaporkan bahwa dini hari l Oktober l965 G30S akan melancarkan operasinya guna menggagalkan rencana kudeta yang hendak dijalankan Dewan Jenderal. Kunjungannya ke Jenderal Soeharto di RSPAD tersebut, adalah merupakan hasil kesepakatan dengan Kolonel Untung dan Brigjen Supardjo.
Seperti diketahui menurut Brigjen Supardjo (Tempo, 1 Oktober 1988) tanggal 16 September 1965 telah terbentuk gerakan tsb, di bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung. Kolonel Latief semula berkeberatan Letkol Untung menjadi pimpinannya dan meminta supaya gerakan dipimpin seorang jenderal. Tetapi karena Kamaruzzaman (Syam) memtahankan supaya tetap Untung, karena ia pengawal presiden, maka akhirnya Letnan Kolonel Untung yang memimpinnya.
Kamaruzzaman ini menurut Wertheim (Wertheim: "Sejarah tahun 1965 yang tersembunyi" dalam Suplemen Arah, No 1 th 1990) adalah "seorang double agent". Yang dimaksud "double agent" Wertheim ialah agennya Aidit (dalam Biro Khusus) dan agen Soeharto (yang diuntungkan oleh Peristiwa G30S).
Sesungguhnya G30S tak akan bisa melancarkan operasi militernya dini hari l Oktober 1965 itu, sekiranya Jenderal Soeharto mencegahnya dan bukan membiarkannya. Tampaknya karena Soeharto berkepentingan agar Men/Pangad A. Yani terbunuh, maka dengan diam-diam direstuinya operasi militer G30S yang hendak dilancarkan itu. Jika Soeharto tidak berkepentingan terbunuhnya A. Yani, tentu rencana operasi G30S itu akan dicegahnya, atau langsung saja Kolonel Latief ditangkapnya, atau rencana G30S itu dilaporkannya kepada atasannya, misalnya kepada Jenderal Nasution. Dengan demikian operasi G30S itu gagal.
Bagi Kolonel Latief dengan tidak ada pencegahan dari Jenderal Soeharto, berarti Jenderal Soeharto merestuinya dan operasi G30S dini hari l Oktober dilaksanakannya.
Soeharto merestui operasi G30S itu secara diam-diam, karena ia mengetahui ada sebuah konsensus dalam TNI-AD bahwa bila Pangad berhalangan, otomatis Panglima Kostrad yang menjadi penggantinya. Dan Panglima Kostrad ketika itu adalah dirinya sendiri.
MALING BERTERIAK MALING
Paginya (pukul 6.30), dengan dalih ia mendapat informasi dari tetangganya, Mashuri, bahwa Jendral A. Yani dan beberapa jenderal lain telah terbunuh, Soeharto dengan Toyotanya, sendirian (tanpa pengawal) berahgkat ke Kostrad. Melalui Kebun Sirih, Merdeka Selatan. Soeharto sudah tahu benar siapa sasaran G30S.
Sejalan dengan laporan yang disampaikan Kolonel Latief kepada Jenderal Soeharto di RSPAD malam itu, maka daerah, dimana markas Kostrad terletak, tidak diawasi atau dijaga pasukan G30S. Yang dijaga hanya daerah lain saja di Merdeka Selatan. Ini menjadi indikasi adanya saling pengertian antara G30S dengan Panglima Kostrad. Jika tidak ada saling pengertian, tentu daerah di mana Markas Kostrad berada juga akan dijaga pasukan G30S.
Menurut Yoga Sugama (Yoga Sugama: "Memori Jenderal Yoga" [hal: 148-153]) pada pagi 1 Oktober 1965 itu, dirinyalah yang pertama tiba di Kostrad. Kepada Ali Murtopo, Yoga Sugama memastikan bahwa yang melancarkan gerakan penculikan dini hari tersebut, adalah anasir-anasir PKI. Ali Murtopo tidak begitu saja mau menerima keterangan Yoga Sugama tersebut.
Setelah ada siaran RRI pukul 7.20, yang mengatakan telah terbentuk Dewan Revolusi yang diketuai Kolonel Untung, maka Yoga Sugama memperkuat kesimpulannya di atas. Sebab Yoga Sugama kenal Untung sebagai salah seorang perwira TNI-AD yang berhaluan kiri. Untung pernah menjadi anak buahnya ketika RTP II bertugas menumpas PRRI di Sumatera Barat.
Jenderal Soeharto juga bertanya kepada Yoga Sugama, "Apa kira-kira Presiden Soekarno terlibat dalam gerakan ini." Yoga Sugama dengan tegas menjawab "Ya". Tuduhan Yoga Sugama bahwa dibelakang gerakan itu adalah anasir-anasir PKI dan Presiden Soekarno terlibat, tentu saja sangat membesarkan hati Soeharto. Karena dengan demikian rencananya untuk menghancurkan PKI dan menggulingkan Presiden Soekarno mendapat dukungan dari bawahannya.
Pada pukul jam 9.00 pagi itu Jenderal Soeharto (Tempo, 1 Oktober 1998) memberikan briefing. Dengan tegas ia mengatakan: "Saya banyak mengenal Untung sejak dulu. Dan Untung sendiri sejak 1945 merupakan anak didik tokoh PKI Pak Alimin". Ini tentu bualan Soeharto saja. Sebab Pak Alimin baru kembali ke Indonesia pertengahan tahun 1946. Bagaimana ia mendidik Untung sejak tahun 1945, padahal ketika itu Pak Alimin masih berada di daratan Tiongkok.
Tidak lah kebetulan Kamaruzzaman mempertahankan Kolonel Untung menjadi pimpinan G30S. Sudah diperhitungkannya, bahwa suatu ketika nama Untung tsb akan dapat digunakan sebagai senjata oleh Soeharto untuk menghancurkan PKI. Kamaruzzaman memang seorang misterius. Secara formal dia adalah orangnya Aidit (dalam BC). Sedang sesungguhnya dia adalah di pihak lawannya Aidit, dia bertugas menghancurkan PKI dari dalam.
Untuk itu lah maka Kamaruzzaman, seperti dikatakan Manai Sophian (Manai Sophiaan ("Kehormatan bagi yang berhak") membuat ketentuan bahwa persoalan yang akan disampaikan kepada Aidit, harus melalui dirinya. Banyak hal yang penting yang tak disampaikannya pada Aidit. Akibatnya setelah gerakan dimulai terjadilah kesimpangsiuran, penyimpangan yang merugikan Aidit/PKI.
Sesuai dengan rencananya, maka Soeharto (G.30-S pemberontakan PKI", Sekneg, 1994, hal 146, 47) pada 1 Oktober tersebut tanpa sepengetahuan, apalagi seizin Presiden/Pangti Soekarno mengangkat dirinya menjadi pimpinan TNI-AD. Padahal jabatan Panglima suatu angkatan, adalah jabatan politik. Itu merupakan hak prerogatif Presiden untuk menentukan siapa orangnya.
Dikesampingkannya hak prerogatif Presiden/Pangti ABRI tersebut, diakui Soeharto dalam 4 petunjuk kepada Presiden Soekarno yang harus disampaikan oleh Kolonel KKO Bambang Widjanarko yang berkunjung ke Kostrad 1 Oktober 1965 itu. Kedatangan Bambang Widjanarko adalah untuk memanggil Jenderal Pranoto Reksosamudro yang telah diangkat menjadi caretaker Menpangad sementara oleh Presiden, untuk datang ke Halim menemui Presiden Soekarno. Usaha Bambang Widjanarko untuk meminta Jenderal Pranoto Reksosamudro ke Halim itu dihalangi Soeharto. Empat petunjuk tersebut ialah:
1. Mayjen TNI Pranoto Reksosamudro dan Mayjen TNI Umar Wirahadikusumah tidak dapat menghadap Presiden Soekarno untuk tidak menambah korban. (Ini berarti Soeharto menuduh Presiden Soekarno lah yang bertanggungjawab atas penculikan sejumlah jenderal dini hari 1 Oktober tersebut. Sesuai dengan jawaban Yoga Sugama kepadanya tentang keterlibatan Presiden Soekarno dalam G30S. Karena Ketua Dewan Revolusi adalah Kolonel Untung, pasukan pengawal Presiden Soekarno)
2. Mayjen TNI Soeharto untuk sementara telah mengambil oper pimpinan TNI-AD berdasarkan perintah Tetap Men/Pangad. (Ini berarti perintah tetap Men/Pangad, maksudnya konsensus dalam TNI-AD lebih tinggi dari hak prerogatif presiden dalam menentukan siapa yang harus memangku jabatan panglima suatu angkatan).
3. Diharapkan agar perintah-perintah Presiden Soekarno selanjutnya disampaikan melalui Mayjen TNI Soeharto. (Ini berarti Mayien TNI Soeharto yang mengatur Presiden Soekarno untuk berbuat ini atau itu, meski pun dibungkus dengan kata-kata "diharapkan". Semestinya Presiden yang mengatur Mayjen Soeharto, bukan sebaliknya. Presiden adalah Panglima Tertinggi ABRI).
4. Mayjen TNI Soeharto memberi petunjuk kepada Kolonel KKO Bambang Widjanarko agar berusaha membawa Presiden Soekarno keluar dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah, karena pasukan yang berada di bawah komando Kostrad akan membersihkan pasukan-pasukan pendukung G3OS yang berada di Pangkalan Udara Halim Perdana Kusumah sebelum tengah malam 1 Oktober 1965. (Ini berarti Soeharto "memerintahkan" Soekarno meninggalkan Pangkalan Udara HPK, karena Halim akan diserbu. Padahal sebelumnya Presiden Soekarno telah memerintahkan kepada Brigjen Supardjo supaya menghentikan operasi militer G30S dan jangan bergerak tanpa perintahnya. Tampaknya perintah lisan Presiden/Pangti Soekarno demikian, dianggap tidak berlaku bagi dirinya. Malahan situasi itu digunakannya untuk "memukul" pasukan G30S.
Empat petunjuk Mayjen Soeharto kepada Presiden Soekarno melalui Kolonel KKO Bambang Widjanarko menunjukkan: dengan menggunakan G30S, Jenderal Soeharto mulai l Oktober 1965 secara de facto menjadi penguasa di Indonesia. Sebagai langkah awal untuk memegang kekuasaan de jure di Indonesia nantinya. Ya, maling berteriak maling. Dirinya yang kudeta, PKI yang dituduhnya melakukan pemberontakan.